Laporan
keuangan menjadi penting karena memberikan informasi yang bisa dipakai untuk
pengambilan keputusan. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai
profitability, resiko, timing aliran
kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Analisis
laporan keuangan adalah menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat.
Kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih
dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara
kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di
balik laporan keuangan (implicit).
3.
Dapat
mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4.
Dapat
membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan
informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5.
Mengetahui
sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori
yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
6.
Dapat
memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
7.
Dapat
menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
Beberapa
keterbatasan yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan:
1. Data
yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada harga
perolehan.
2. Penyusunan
laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode akuntansi
(misal metode FIFO, LIFO, rata-rata persediaan).
3. Upaya
perbaikan barang kali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki
laporan keuangan sehingga laporan keuangan nampak bagus.
4. Banyak
perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak
pada beberapa bidang usaha (industri).
5. Inflasi
atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan
rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang.
6. Rata-rata
industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan:
- Analis
harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan
dalam waktu 5 - 6 tahun.
- Angka-angka
yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Oleh karena itu
diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka
yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dipakai sebagai
pembanding. Alternatif lain dengan membandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain sejenis yang menjadi leader dalam industri.
- Dalam
analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan
hati-hati adalah penting. Diskusi dan pertanyaan-pertanyaan melengkapi
laporan keuangan, mis : strategi perusahaan, ekspansi dll merupakan bagian
integral yang harus dimasukkan dalam analisis.
4.
Analisis barangkali akan memerlukan
informasi lain. Mis. Analisis penurunan penjualan disertai analisis
perkembangan market share akan memberikan pandangan baru mengapa penjualan bisa
menurun.
ANALISIS COMMON-SIZE
Analisis
Common Size adalah analisis dengan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa
periode (untuk mencari trend-trend tertentu). Analisis common size perusahaan dianalisa
dengan melihat trend yang muncul. Analisis common-size
dihitung dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan posisi keuangan
(neraca) menjadi proporsi dari total aset. Disamping itu Analisis common-size
dihitung dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi menjadi proporsi dari total penjualan.
ANALISIS RASIO
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan
menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan laba-rugi dan
laporan posisi keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan
alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran
kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan
angka rasio sebagai pembanding yang digunakan sebagai standard.
Dalam menggunakan analisis rasio
keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam pendekatan, yaitu :
- Pendekatan Lintas Seksi (Cross
Sectional Approach). Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui
apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata,
atau berada dibawah rata-rata industri.
- Pendekatan Runtut Waktu (Time
Series Analysis) Yaitu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan
rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Dengan membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan
rasio-rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan
mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada
kecenderungan ''(trend)'' dari tahun ke tahunnya, dan
dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana
untuk masa depannya.
Menurut
Mamduh M. Hanafi Analisis
rasio bisa dikelompokan dalam lima macam kategori:
- Rasio
likuiditas
Rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan membiayai operasinya
sehari-hari.
- Rasio
aktivitas
Rasio yang mengukur sejauh mana
efektivitas penggunaan aset dengan melihat aktivitas aset.
- Rasio
solvabilitas
Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
- Rasio
profitabilitas
Rasio yang melihat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba.
- Rasio pasar
Rasio
ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku
perusahaan.
Berdasarkan
sumber datanya maka analisis rasio dapat dibedakan antara lain:
1. Rasio-rasio
neraca (balance sheet ratios), yang tergolong dalam kategori ini adalah semua
rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio,
acid test ratio.
2. Rasio-rasio
Laporan rugi-laba (income statement ratios) yaitu angka-angka rasio yang dalam
penyusunannya datanya diambil dari Laporan Rugi-Laba, misalnya gross profit
margin, net operating margin, operating ratio.
3. Rasio-rasio
antar laporan (interstatement ratios) ialah semua angka rasio yang datanya
berasal dari neraca dan dari laporan rugi-laba, misalnya tingkat perputaran
persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account
receivable turn over), dsb.
RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas mengukur likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang
lancarnya. Dua rasio likuiditas yang digunakan adalah:
1). Rasio
Lancar =
Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar
ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Rasio yang rendah menunjukkan resiko
likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan kelebihan aset
lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas
perusahaan.
2). Rasio
quick =
Rasio
ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang
relatip lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap piutang dapat
segera direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan
lebih likuid daripada piutang. Angka yang terlalu tinggi untuk rasio quick
menunjukkan indikasi kelebihan kas dan piutang, sedangkan angka yang terlalu
kecil menunjukkan resiko likuiditas yang lebih tinggi.
3). Cash
Ratio =
Rasio
ini mengukur kemampuan kas dan surat berharga/setara kas untuk menutup utang lancar.
RASIO AKTIVITAS
Rasio
ini melihat pada beberapa aset kemungkinan menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah
pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana
kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Semakin
efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena
rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. Empat
rasio yang digunakan adalah:
1). Rata-rata
Umur Piutang
|
|
Perputaran Piutang = Rata-rata
Umur Piutang=
|
|
Piutang
yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan
kredit. Rasio perputaran piutang akan menunjukkan posisi piutang dan taksiran
waktu pengumpulannya. Angka rata-rata piutang yang terlalu tinggi menunjukkan
kemungkinan tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang
terlalu rendah bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu
ketat, dan ini akan menurunkan penjualan dari yang seharusnya bisa
dimanfaatkan.
2). Perputaran
Persediaan
|
|
Perputaran Persediaan = Rata-rata Umur Piutang =
|
|
Atau
Rata-rata Umur Persediaan =
Rasio
ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti/dijual
dalam satu tahun. Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam
memutarkan barang dagangannya, dan menunjukkan hubungan antara barang yang
diperlukan untuk menunjang/mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Perputaran
persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam
satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya,
perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti
kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
3). Perputaran
Aktiva Tetap =
Fixed assets turn over mengukur
efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan
peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan
bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap
(Sawir, 2003:17). Rasio
ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya
secara efektif untuk meningkatkan pendapatan.Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.
4). Perputaran
Total Aktiva =
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu
(Syamsuddin, 2009:19). Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti
bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin
efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata
lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya
ditingkatkan atau diperbesar.
RASIO SOLVABILITAS
Rasio solvabilitas (leverage) merupakan rasio yang
digunkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang.
Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunkan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untukmembayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Pengukuran rasio
solvabilitas, dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu :
- mengukur rasio-rasio
neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk permodalan
- melalui pendekatan
rasio rasio laba rugi.
Manfaat rasio
solvabilitas (leverage) :
- untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
- untuk menganalisis
kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanyang bersifat tetap.
- untuk menganalisis
keseimbangan antara lain aktiva khususnya aktiva khususnya aktiva tetapdengan modal.
- untuk menganalisis
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
- untuk menganalisis
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva
- untuk menganalisis
atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang.
- untuk menganalisis
berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya
modal sendiri.
Empat macam rasio yang digunakan adalah:
1). Rasio Total Utang Terhadap Total Aset =
Rasio
ini menghitung seberapa jauh dana disediakan kreditur. Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan
utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahan tidak mampu menutupi
utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Rasio yang
tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage)
yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan
rentabilitas modal saham (return on equity atau ROE) dengan cepat dan
sebaliknya.
2). Rasio
Utang Terhadap Modal Saham =
Rasio ini merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan pinjaman (kreditor) dengan pemilik preusan. Dengan kata lain rasio
ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. Semakin besar rasio ini maka akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar rasito yang ditanggung atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan.
Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
peminjam jira terjadi kerugiaan atau penyusutan terhadap nilai aktiva.
3). Times interest earned =
Rasio ini mengukur seberapa besar laba
sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Rasio
yang tinggi menunjukkan situasi yang aman meskipun menunjukkan terlalu
rendahnya penggunaan utang (penggunaan financial leverage) perusahaan. Rasio
yang rendah memerlukan perhatian dari fihak manajemen.
4). Fixed charge coverage =
Rasio
ini memperhitungkan sewa, meskipun sewa bukan utang, tetapi sewa merupakan
beban tetap dan mengurangi kemampuan utang (debt capacity) perusahaan. Beban
tetap mempunyai efek yang sama dengan beban bunga. Rasio ini dilakukan
apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
RASIO PROFITABILITAS
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat aset, penjualan, dan modal saham. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.
Manfaat Rasio
Profitabilitas :
-
Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode.
-
Mengetahui posisi laba perusahaan tahun
sebelumnya dengan tahun sekarang.
-
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
-
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri
-
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
Tiga
rasio yang digunakan adalah:
1). Net Profit margin =
Profit
margin menghitung sejauh mana kemampuan menghasilkan laba bersih pada tingkat
penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang
terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.
2). Return
on invesment (ROI/ROA) =
Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang
berarti efisiensi manajemen.
3). Return
on equity (ROE) =
Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal
saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. artinya posisi
pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
4). Gross
Profit Margin =
Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan
dari setiap rupiah penjualan. Gross
Profit Margin yang rendah dari rata-rata industri menunjukkan harga jual
perusahaan relatif lebih rendah atau HPP relatif lebih tinggi atau keduanya.
RASIO PASAR
Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap nilai
bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang
investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan
rasio ini. Rasio pasar terdiri dari:
1). Price earning ratio
(PER) =
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilakn laba di masa yang akan dating. Kesedian para
investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan.
Perusahaan dengan peluang tingkatpertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER
yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
cenderung memiliki PER yang rendah pula (Prastowo 2005:96)
2). Devidend yield =
Dividen yield merupakan
sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya
perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend
yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan
kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai
harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend
yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah.
3). Rasio
pembayaran deviden (Dividen Pay-out Ratio)
=
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah.
Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen
perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat
atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
4). Market to Book Value =
Rasio ini
akan menghasilkan nilai diatas satu karena nilai buku sebesar cost tidak mencerminkan inflasi atau
goodwwill. Dan nilai buku merupakan nilai historis dari aset fisik perusahaan.
ANALISIS DU
PONT
Analisis Du Pont merupakan
analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan
marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate
of return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan
menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang
diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset
perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh
dengan mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran
total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset,
sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan
hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi
beban-beban.
Sumber:
Hanafi,
Mamduh M. dan Abdul Halim.2012.Analisis Laporan Keuangan Edisi keempat. Yogyakarta:STIM
YKPN
http://scribd.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasio_finansial
http://dwiermayanti.wordpress.com/2011/06/10/analisis-rasio-keuangan/
Harahap,
Sofyan Syafri (2006) “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.”
Munawir,
S.Drs. 1986. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta: LIBERTY.
Kusumawati,
Zulfa.2013.Manajemen Keuangan.
Informasi Umum
PT UNILEVER INDONESIA Tbk
PT
Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan Fast Moving Consumer
Goods (FMCG) terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan mencakup produk
Home and Personal Care serta Foods and Refreshment ditandai dengan brand-brand terpercaya
dan ternama di dunia. Kegiatan usaha Perseroan meliputi bidang produksi, pemasaran
dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin,
makanan berinti susu, es krim, produk–produk kosmetik, minuman dengan bahan
pokok teh dan minuman sari buah.
Tahun
1933, Unilever didirikan dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. di daerah
Angke, Jakarta.
Tahun
1936, Margarin Blue Band dan sabun mandi Lux dipasarkan di Indonesia.
Tahun
1980, Nama perseroan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Presiden Direktur
berkewarganegaraan Indonesia pertama, Yamani Hasan, dilantik.
Tahun
1982, Unilever Indonesia menjadi perusahaan terbuka dan melepas saham ke publik
dengan mendaftarkan 15% saham di Bursa Efek Indonesia.
Tahun
1990, Mendirikan pabrik Personal Care di Rungkut, Surabaya. Memasuki bisnis teh
dengan mengakuisisi SariWangi.
Tahun
1992, Pabrik es krim Wall’s dibuka di Cikarang. Conello dan Paddle Pop muncul
di pasar.
Tahun
2000, Memasuki bisnis kecap dengan mengakuisisi Bango.
Tahun
2004, Mengakuisisi Knorr Indonesia dari Unilever Overseas Holding Ltd dan
menggabungkannya dengan Unilever Indonesia. Memindahkan pabrik produk perawatan
rambut dari Rungkut ke Cikarang.
Tahun
2008, Membangun pabrik perawatan kulit (Skin
Care) terbesar se-Asia di Cikarang. Memasuki
bisnis minuman sari buah dengan
mengakuisisi merek Buavita dan Gogo.
SAP diimplementasikan di seluruh Unilever
Indonesia.
Tahun
2010, Memasuki bisnis permurnian air dengan meluncurkan Pureit.
Tahun
2012, Unilever Indonesia berhasil melipatgandakan bisnis dalam kurun waktu lima
tahun dan mencatat omset lebih dari 2 miliar euro.
Tahun
2013, Unilever Indonesia memperingati 80 tahun perjalanan Unilever Indonesia.
PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Periode yang berakhir 31 Desember 2013
(dalam Jutaan Rupiah)
1. PER
= = = 37,08
PER
yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
sebanyak 37,08
kali.
PER tersebut menunjukkan perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi
(mempunyai prospek baik).
2. Price to Book Value
= = = 46,60
PBV
yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk
sebesar 46,60. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki harga saham yang rendah namun tidak
menyebabkan inflasi.
3. Dividend
Payout = = = 47,07
Rasio
pembayaran dividen yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA,
Tbk sebesar 47,07%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi.
4. Dividend
Yield = = = 1,27%
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk mempunyai dividend yield yang rendah sebesar
1,27%. Hal tersebut berarti perusahaan
mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi, sehingga dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali.
5. Current
Ratio = = = 0,70
Setiap
Rp 1 utang yang dimiliki PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk maka akan dijamin Rp 0,70
aktiva
lancar.
6. Debt
to Equity = = = 2,14
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk mempunyai
Rp 2,14
modal
sendiri yang akan dijadikan jaminan keseluruhan utang.
7. Leverage
Ratio = = = 0,68
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk menggunakan dana dari
kreditur sebesar 68% dari
total dananya sehingga setiap Rp 1 utang perusahaan dijamin oleh Rp 0,68
aset perusahaan.
8. GPM
= = = 0,51
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan
51% Laba kotor dari Rp 0,51 penjualan. Hal tersebut menunjukkan harga jual perusahaan relatif
lebih tinggi atau HPP relatif lebih rendah.
9. Operating
Profit Margin =
= = 0,23
Laba operasi sebelum
bunga dan pajak yang dihasilkan PT. UNILEVER INDONESIA,
Tbk sebesar 0,23
diperoleh
dari penjualan. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa tingkat pengendalian biaya
memerlukan perhatian khusus dari manajemen.
10. Net
Profit Margin = = = 0,18
Kemampuan
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk dalam menghasilkan laba setelah pajak
pada tingkat penjualan sebesar 0,18 atau 18%.
Rasio yang rendah menunjukkan tingkat penjualan yang dihasilkan perusahaan
terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu.
11. Inventory
Turnover = = = 7,19 kali
Dalam
satu tahun persediaan yang diiliki PT. UNILEVER INDONESIA,
Tbk berputar 7,19
kali.
12. Total
Asset Turnover = = = 2,30 kali
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan penjualan berdasarkan total
aktiva yang dimiliki adalah sebanyak 2,30 kali
dalam setahun.
13. ROI
= = = 40,10 %
Kemampuan
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan
laba bersih pada total aset yang dimilikinya adalah sebesar 40,10
%
14. ROE
= = = 125,80%
Kemampuan
PT.
UNILEVER INDONESIA, Tbk menghasilkan
laba bersih sebesar 125,80 % berdasarkan modal
saham yang dimilikinya.
Kesimpulan:
Dari
rasio-rasio tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari
pihak investor yang cenderung bersifat tidak menyukai
resiko (risk averse), maka dalam rasio PER (Price Earning Ratio) dapat memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Sehingga
para investor layak untuk menanamkan sebagian sahamnya di PT. UNILEVER
INDONESIA, Tbk karena perusahaan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Dan dalam rasio dividen yield, investor dapat meninjau pula sejauh mana
keuntungan yang akan diperolehnya. Hal ini berarti investor akan memperoleh
tingkat pengembalian yang cukup signifikan.
2. Dari pihak
kreditur, dalam rasio Debt to Equity dan
Leverage Ratio menunjukkan akan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahan tidak mampu menutupi
utang-utangnya. Hal tersebut disebabkan perusahaan memiliki tingkat leverage
yang tinggi sehingga mencerminkan perusahaan cenderung menggunakan leverage
keuangan yang tinggi. Serta perusahaan memiliki rasio Debt to Equity yang rendah, sehingga akan mengakibatkan semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam.
3. Dari pihak pemerintah, dalam rasio Net Profit Margin akan memperhitungkan
laba bersih yang disediakan bagi para investor, setelah liabilitas kepada
kreditur berupa pembayaran bunga terlunasi dan liabilitas kepada pemerintah
berupa pajak sudah terbayar. Sehingga menunjukkan perusahaan dapat memenuhi
kewajibannya untuk membayar pajak dengan tidak mengutamakan pembiayaan yang
terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.
PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas Anak |
Laporan Laba/Rugi Komprehensif
Konsolidasian |
31 desember 2013 dan 2012 |
|
|
|
|
|
|
Tahun |
Analisis Common size (%) |
Analisis Indeks Harga (%) |
|
Tahun |
|
2012 |
2013 |
2013 |
2013 |
Penjualan
Bersih |
Rp
27.303.248 |
Rp
30.757.435 |
100,00 |
112,65 |
Harga Pokok
Penjualan |
Rp
13.414.122 |
Rp
14.978.947 |
48,70 |
111,67 |
Laba Bruto |
Rp
13.889.126 |
Rp
15.778.488 |
51,30 |
113,60 |
Beban
Operasional |
Rp
7.434.318 |
Rp 8.656.745 |
28,15 |
116,44 |
Laba
Operasional |
Rp
6.454.808 |
Rp
7.121.743 |
23,15 |
110,33 |
Pendapatan
Lainnya |
Rp 11.957 |
Rp 37.065 |
0,12 |
309,99 |
Laba Sebelum
Panjak |
Rp
6.466.765 |
Rp
7.158.808 |
23,28 |
110,70 |
Beban Pajak
Penghasilan |
Rp
1.627.620 |
Rp 1.806.183 |
5,87 |
110,97 |
Laba tahun
Berjalan |
Rp
4.839.145 |
Rp
5.352.625 |
17,40 |
110,61 |