MOUNTAINEERING
A.
Sejarah Mountainering
Berasal dari manusia yang
harus memenuhi tuntunan hidupnya sehingga harus melewati bukit dan pegunungan,
sejak itu olahraga itu digemari,pada masa perang panglima kerajaan kartijoy
Hanibal melewati pegunungan Alpen Untuk kepentingan negara. Disamping itu Dr.
Pascar juga mencapai puncak Me Blen tahun 1786 untuk pengetahuan ilmiah dan
juga pertama kali nya Adward Hillary tanggal 29 mei 1953 berhasil menancapkan
bendera Inggris Mount Evest.
Di Indonesia terkenal pendaki
– pendaki yaitu Sirigin, Sudarto, dan Fred Atkaboy, bersama Taniuka dan kawan –
kawan dari jepang bergabung dalam Exspedisi Cendrawasih pada tahun 1964
berhasil mencapai puncak Faggapulu kemudian diberi nama ”Puncak Soekarno” Di
pegunungan Jayawijaya.
B.
Jenis – jenis pendakian
Hill Walking
Yaitu mendaki gunung relatif
landai tidak membutuhkan peralatan, teknik pendakian, sebab jalan pendakian
sudah tersedia.
Scrambling
Yaitu pendakian gunung tidak
terlalu terjal, tangan dan kaki kadang di pergunakan untuk keseimbangan dan
pengaman.
Climbing
Yaitu pendakian membutuhkan
gerak teknik mendaki dan memakai peralatan.ada 2 jenis yaitu Rooc Climbing Pandakian batu atau
karang dan Snow and Ice Climbing Pandakian pada salju dan Es.
Mountainering
Merupakan gabungan dari semua jenis pendakian dan
membutuhkan waktu berhari – hari, disamping pengetahuan teknik pendakian dan
pengalaman dibutuhkan juga penguasaan menejemen perjalanan, pengaturan makanan
konsumsi dan lain-lain.
ROCK
CLIMBING
( Panjat Tebing )
Rock climbing atau di kenal
dengan panjat tebing adalah suatu jenis olah raga keras penuh tantangan
membutuhkan ketrampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Pada dasarnya Rock climbing adalah teknik memanjat tebing dengan
memanfaatkan cacat batuan baik tonjolan maupun rekahan. Bahaya dan tantangan
yang seakan membahayakan merupakan daya tarik olah raga ini.pada dasarnya
bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan bersekutu dengan
alam yan keras.
Karena panjat tebing adalah olah raga yang keras
berbahaya dan beresiko tinnggi maka pada olah raga ini menuntut seseorang
pemanjat tebing yang berani, teliti, mempunyi daya fikir yang baik, serta
kekuatan fisik dan penguasaan teknik yang baikpula. Tanpa semua aspek tersebut pemanjatan tebing akan
merupakan arena bunuh diri semata. Karena kegiatan di alam bebas merupakan
kegiatan yang keras dan penuh dengan resiko karena itu di Metala dari awal
sudah dibrikan semua aspek yang mendukung kegiatan – kegiatan di alam bebas.
A.
TEKNIK PENDAKIAN
Berdasarkan permukaan tebing
dapat di bedakan menjadi 3 kategori umum yaitu:
§ Base climbing
Yaitu memanjat permukaan tebing dimana masih
terdapat tonjolan atau tinggi yang memadai sebagai pijakan kaki atau pegangan
tangan.
§ Prection / Sleb Climbing
Yaitu semata – mata hanya mengandalkan gaya
dicelah gesekan sebagai gaya penunggu, ini dilakukan pada tebing yang tidak
terlalu fertikal.
§ Pessure Climbing
Yaitu Memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh
anggota badan yang seolah – olah berfungsin sebagi pegangan, Sedangkan teknik
yang di pergunakan dalam pendakian tebing jenis ini adalah hand traverge yaitu
teknik memanjat pada teras – teras agak tinggi dapat diandalkan untuk berdiri
dan kedua tangan digunakan untuk menahan berat badan dan keseimbangan badan.
B.
Adapun berdasarkan alat yang dipergunakan
pendakian dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
§ Press climbing
Yaitu mengandalkan kekuatan tangan dan teknik
mendaki Tetapi masih menggunakan pengaman buatan
§ Pace Soloning Climbing
Pendakian benar-benar tidak memerlukan alat hanya
mengandalkan kekuatan tangan dan kaki serta tenik-teknik yang baik, pendakian
seperti ini pendakian yang penuh dengan resiko maka membutuhkan pendaki-pendaki
yang profesional.
§ Artivicial Climbing
Pemanjatan / pendakian menggunakan peralatan pemanjatan dan juga
didukung kerja Kelompok yang baik untuk mencapai target pemanjatan yang
diinginkan. Susunan tim sebagai berikut :
a. Leader : Pemanjat pertama yang bertugas mencari
dan membuat pengaman pada pemanjatan
b. Recorder : Tugasnya adalah mencatat peralatan apa
yang telah di gunakan dalam leader membuat pengaman pada pemanjatan.
c. Cleaner : Tugasnya adalah mencabut pengaman yang
tidak dipergunakan lagi
C. TURUN
TEBING
Setelah climber sampai dipuncak mau tak mau harus turun juga. Untuk
menuruni ada tiga cara :
-
Menggunakan helicopter
-
Melalui jalan yang landai
-
Melalui jalur semula maka peralatan akan
berfungsi kembali turun tebing ini disebut rapling atau apseling.
D.
PROSEDUR PENDAKIAN
a. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik
yang akan digunakann
b. Menyiapkan perlengkapan yang akan
dipergunakan.
c. Leader menyiapkan lintasan yang akan di
pergunakan dirinya sendiri dan oleh pendaki lainya
d. Beleyer Membantu leader dalam pergerakan
dan mengaman kan sewaktu jatuh.
e. Bila udah siap segera memberi aba-aba
pendakian.
f. Bila leader sampai pada ketinggian atau
pitch memasang pengaman atau ancor.
g. Leader yang sudah ada di atas selanjutnya
bertugas sebagai Belayer
E.
LATIHAN FISIK
Pada Prinsipnya olah raga
panjat tebing atau Rock climbing menuntut kekuatan dan ketahanan otot tubuh.
Untuk melatih otot tubuh dan mempertinggi daya tahan diperlukan program latihan
yang teratur dan berkesinambungan. Antara lain :
§ Lari
Lari siang hari sebagai langkah awal dalam
melakukan kegiatan pelatihan fisik.Lari pada siang hari melatih pernapasan dan
daya tahan kaki yang kuat.
§ Latihan beban
Latihan dapat dengan Pull Up, Push Up, Sit Up,
Back Up dan bergantung dengan kedua tangan dll. latihan seperti ini adalah
untuk membentuk otot – otot dalam tubuh.
§ Climbing Wall / papan panjat
Merupakan sarana latihan yang mudah di buat dan
bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menambah kekuatan otot, daya tahan dan
meningkata\kan ketrampilan bagi pemanjat.
§ Latihan kelenturan
Kelenturan adalah hal penting dalam memanjat
melebihi tingkat dasar dan ini dilakukan secara tetap sebelum/sesudah latihan
ringan maupun berat.
F.
PERALATAN
§ Tali karmantel, ada 2 jenis yaitu
a.) Karmantel Dinamis
b.) Karmantel statis
§ Helm
Untuk melindungi kepala dari reruntuhan batuan
tebing atau benturan dengan tebing waktu jatuh.
§ Sepatu panjat
Dirancang untuk memanjat tebing, sepatu ini
mempunyai kelebihan, kuat strukturnya,lentur karena tebuat dari karet dan ringan
§ Carabiner
Terdiri dari dua macam yaitu
A. Carabiner non Screw ( Snap ); B. Carabiner Screw
Menurut bentuknya ada 2 jenis
A. Carabiner Oval (O); B. Carabiner Delta (D )
§ Sling
Sling mempunyai dua jenis,yaitu sling webbing dan
sling perusik.sling webbing terbuat dari webbing dan sling terbuat dari
karmantel yang berukuran 6-10 mm.fungsi sling untuk membuat runner atau
pengaman.
§ Phyton atau paku tebing
Jenisnya terdiri dari:horizontal piton,vertikal
piton.dan diagonal piton.macam-macam bentuknya ada:lost
arrow,bong,angle,rurp,ace of heart,knife blide.bahannya terbuat dari baja lunak
(malleable) dan baja keras (chromolibdenum).fungsinya sebagai paku atau pasak
pada celah tebing untuk membuat pengaman.
§ Chock
Pengaman pada pemanjatan di tebing prinsip pengaman ini adalah
disisipkan pada celah tebing. Jenis ada beberapa yaitu Chock Heksagonal, Chock
pipih, dan cok bulat.
§ Friend
Pengaman ditebin prinsip pengaman ini adalah
disisipkan di lobang ataupun crek yang ada ditebing.
§ Hammer
Gunanya adalah menancapkan Phyton dan mencabut
Phyton di tebing.
§ Tangga Gantung atau juga disebut Etrier.
Gunanya adalah sebagai tumpuan dalam pemanjatan di
tebing apabila jankauan untuk pemanjatan lebih sulit atau lebih tinggi.
§ Pulley
Guna uatama adalah sebagai sarana transportasi
peralatan ataupun bahan makanan.
§ Descender
Alat ini digunakan saat turun Atau rappling
§ Ascender
Alat untuk menaiki lintasan
§ Bolt and Handdrill
Skrup dan Bor tebing di gunakan untuk pemasangan
pengaman atau jalur pemanjatan yaitu Henger
§ Harness Atau pengaman tubuh.
Untuk pengaman yang berhubungan dengan tubuh
langsung.
§ Chalk Bag
Untuk tempat magnesium
§ Webbing
di gunakan sebagai tali pengaman atau sebagai tali
jiwa pengaman yang ada di tubuh.
§ Skyhook
Pengaman yang berfungsi sebagai penyeimbang Climber saat memenjat.
§ Etrier
Tangga tali untuk membantu mempermudah pemanjatan
G.
SIMPUL
Ciri – ciri Simpul yang baik adalah:
§ Mudah dibuat
§ Kuat (aman)
§ Rapi sesuai dengan karakter simpulnya
§ Cepat dan tepat pemakaianya
§ Mudah untuk di lepas
§ Dan tidak lepas dengan sendirinya
Macam – macam simpul
Simpul 8 Lepas
|
Simpul 8 Ganda
|
Simpul 9
|
Simpul Nelayan / Fisherman
|
Simpul Pita / Ring Bend
|
Simpul Kambing / Bowline
|
Simpul Hidup
|
Simpul Kupu-kupu
|
Simpul Pangkal
|
Simpul Jangkar
|
Simpul Prusik
|
Simpul Kelinci / Playboy
|
Dari simpul yang disebutkan
diatas merupakan simpul dasar dalam melakukan kegiatan pemanjatan.
H.
MENGENAL CACAT BATUAN
§ Crack
Rekahan yang terdapat pada permukaan tebing karena
proses alamai, Dalam pemanjatan ada 3 Crack yaitu Slant, Horizontal, dan
vertikal.
§ Hold
Tidak jauh beda dengan crack
Cuma ini berupa rekahan pada tebing yang memunkinkan untuk dijadikan pegangan
tangan ataupun tumpuan pada kaki.dan juga berupa tonjolan yang ada pada
permukaan tebing.
Teknik pemanjatan menggunakan cacat batuan
§ hand hold digunakan apabila menemukan
sebesar pegangan.
§ Finger hold yaitu hold dimana jari-jari
tangan dapat dipegang kira-kira satu ruas untuk menjaga agar tidak terpeleset raparkan
seluruh ruas jari terhadap hold.
§ pinghgrip yaitu cara memegangnya harus
mencubit dengan cara menekan jari-jari kearah yang berlawanan.
§ Undercling hold yang menghadap kebawah
muka, maka climber dapat menguasainya yaitu dengan cara berpegangan pada hold
tersebut. Sementara kaki menekan dinding tersebut.
§ Jamming
-
hand
jamming yaitu dengan memanfaarkan rekahan pada tebing yaitu dengan menjepitt
tangan
-
fool
jamming yaitu dengan menjepit kaki pada rekahan tebing
§ Layback yaitu pada celah tebing vertikal pada celah tebing vertikal dalam
lebar dan tidak memungkinkan teknik ini dapat dipanjat dengan memanfaatkan
tekanan anggota tubuh terhadap dinding tebing.
§ Chimney yaitu pada tebing yang vertikal
dalam lebar dan tidak memungkinkan teknik ini dapat dipanjat yaitu dengan
memanfaatkan anggota tubuh terhadap dinding tebing.
§ Bridging yaitu jika chimney terlalu lebar
kemuka tekanannya yang berfungsi adalah
tangan dan kaki.
I.
PEMANJATAN
Dalam pemanjatan keseimbangan
tubuh, pemakaian peralatan yang benar,teknik pemanjatann yang baik dan di
dukung dengan fisik yang bagus nyali yang tinggi merupakan faktor utama dalam
pemanjatan di tebing alam bebas.
Sistim
pengaman dalam pemanjatan
Dalam pemanjatan sering kali terdapat medan yang
tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang berfungsi sebagai pengaman.
Pengaman pada prinsipnya ada 2 yaitu :
· Natural Runner ( Pengaman alam )
Biasanya berupa pohon,crck atau lubang tembus yang
terdapat pada permukaan tebing.
· Pengaman Buatan
Pengaman yang dibuat sendiri oleh pemanjat
dengan menggunakan alat-alat pemanjatan misal pemasangan phyton,Bor tebing dan
bolt (hanger),chok,frend,dll.
J.
PENGGUNAAN PEGANGAN DAN TUMPUAN KAKI
a.
tumpuan kaki
sebagian besar pemanjat menggunakan tumpuan kaki dengan satu /
dua teknik yaitu edging (menyelipkan ujung kaki pada celah) dan smearring (
menekan ujung kaki pada sudut batu)
b.
pegangan tangan
jenis-jenis pegangan tangan menurut cacat batuan :
-
down pressure yaitu teknik ini
penempatan tangan posisinya menghadap kebawah kemudian untuk menjangkau pegangan
berikutnya.
-
Mantelself yaitu teknik memanjat
tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak miring namun dan dapat
diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya.
-
Counter force yaitu teknik menggunakan
kedua tangan saling tarik menarik pada celah yang vertikal atau bisa juga kedua
tangan saling menekan pada arah yang berlawanan bisa juga teknik ini
menggunakan tangan untuk menarik dan kaki untuk mendorong seperti keluar over
hang yang pendek
-
Undercling yaitu dalam teknik
undercling, posisi kedua telapak tangan menarik dari bawah keatas pada cacat
batuan saat badan miring keluar dan kaki mendorong.
-
Stemmig atau bridging yaitu dipakai jika
menemukan tebing yang berhadapan atau celah yang besar dimana kedua kaki dibuka
lebar dengan menekan pada kedua dinding secara berlawanan begitu juga dengan
tangan.
K.
CLASS
Klarifikasi dalam pemanjatan :
Class 1 : berjalan tegak
tanpa peralatan
Class 2 : medan sedikit bertambah
sulit, perlengkapan kaki dan tangan digunakan sebagai pembantu
Class 3 : medan sedikit curam, dibutuhkan teknik
pemanjatan tertentu, tetapi belum menggunakan peralatan
Class 4 : kesulitan meningkat, tali dan pengaman
sudah digunakan
Class 5 : rute semakain sulit, semakin banyak
pengaman sudah digunakan
Class 6 : pemanjatan sudah sepenulunjua tergantung
pada peralatan karena celah pegangan tidak ada.
L.
PEMANJATAN DENGAN TALI PENGAMAN
a.
Leader
Pemanjat pertama yang di
hubungkan oleh tali dengan belayer leader harus benar – benar kreatif dan cepat
berfikir serta teliti dalam mennentukan jalur yang di lalui.
b.
Belayer
Orang ke dua yang bertugas
mengamankan leader jika jatuh agar tidak terhempas ke dasar jurang. Leader dan
belayer harus saling kompak komunikasi maupun perasaaan atau insting yang harus
di latih secara bertahap.
c.
Climbing call
Leader mulai memanjat jika belayer telah siap di
posisinya, dengan komunikasi yang biasanya; tarik, diam, tahan.
M. BELLAYER
a. Top Roped bellay disini tidak terdapat leader. Seorang yang kepuncak
tebing melewati jalur yang landai, kemudian mengulurkan tali kebawah untuk
dipergunakan temanya naik melalui tali tersebut. Disini tebing yang digyunakan
sesuai dengan panjat tali.
b.Static Bellay
yaitu pemanjat pada ketinggian tertentu menggunakan tali pada suatu anchor dan
nengulurkan tali kebawah untuk dipergunakan temanya naik dengan prusik atau
descender.
c. Dinamic Bellay yaitu disini belayer aktif dengan cara menarik atau
mengulur tali sesuai dengan keadaan rekan memanjat (leader)
d.
Runningt
Bellay yaitu berfungsi setelah terpasang leader dan bekerja sendiri tanpa campur
tangan lain dari pemanjat.
N.
RAPPELING DAN PRUSIKING
I.
RAPPELING
A. Prinsip Rappeling
§ Menggunakan tali rappeling sebagai jalur
lintasan dan bergantung.
§ Menggunakan gaya berat badan dan gaya
tolak kaki pad tebing sebagai pendorong gerak turun.
§ Menggunakan salah satu tangan untuk
keseimbangan dan tangan satunya untuk mengatur kecepatan turun.
B. Macam
teknik Rappeling
1.Body Rappeling
Menggunakan alat tali saja
yang dililitkan sedemikian rupa pada badan, Pada teknik ini terjadi gesekan
pada badan dengantali sehigga bagian badan yang tergesek akan tersa panas.
2.Brake Bar Rappeling
Menggunakan sling / tali tubuh
Carabiner,descender ( Figur of eight ) Pemakaian gaya gesek diberikan pada
descander ( Figur of eight )
3.Sling Rappeling
Menggunakan sling atau tali
tubuh, carabiner,dan tali caraini dilakukan karena tidak memerlikan alat lain
dan dirasa cukup aman.jenis simpul yang digunakan adalah Italian Hitch.
4.Rappeling / Hasty
Menggunakan tali yan
dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan dipergunakan pada
tebing yang tidak terlalu curam.
C. Alat
– alat Rappeling
1. Karmante
Tali pendakian, hal yang berkaitan dengan tali
dalam rappeling adalah simpul.
2.Carabiner
3.Harnes / Tali Jiwa (tali tubuh)
4.Ancor (pengaman)
5.Descender
6.Kaos tangan kulit ( tebal )
D. Teknik
melakuakan Rappeling.
Dalam rappeling usahakan posisi tubuh tegak lurus
tehadap tebing, dan jangan terlalu cepat turu, usahakan kurangi sedikit mungkin
benturan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali.
Ketentuan yang harus di perhatikan dalam Rappeling :
1.Periksa anchor atau pengaman
2.Pastikan tidak ada simpul pada lintasan
3.usahakan melakukan pengamatan sewaktu rappeling
baik melihat ke atas maupun ke bawah sehingga dapat menghindari benda yang
jatuh.
4.pastikan pakaian dan rambut tidak masuk kedalam
figur atau peralatan lainya.
II.
PRUSIKING ATAU MENITI TALI
Teknik ini digunakan untuk naik keatas tebing (
meniti tali dengan tali )
A. Prinsip
Prusiking
1.Menggunakan tali sebagai lintasan dan
tempat bergantung.
2.menggunakan berat badan untuk menguci
simpul.
3.berdiri sebagai posisi naik dan
tangansebagai pembuka simpul untuk naik dan berat badan di bebankan ke simpul
untuk menguci.
B. Peralatan
Prusiking
Pada dasarnya hampir sama
dengan rappeling tetapi ada peralatan tambahan yaitu tali prusik yang terbuat
dari tali karmantel yang berukuran 6 – 10 mm yang dibuat loop sebagai simpul.
C. Ketentuan
yang harus di perhatikan dalam Prusiking
Sama seperti halnya melakukan Rappeling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar